Ziarah ke Makam Sang Pencetus Pendidikan di Kab. Demak

DINDIKBUD-29/04/2020 Dalam rangka peringatan Hardiknas Tahun 2020, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak mengadakan ziarah ke makam KPH TJONDRONEGORO Sang Pencetus Pendidikan di Kabupaten Demak yang berada di komplek makam Sultan Fatah yang dipimpin secara langsung oleh Plt. Ka. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, yang dilaksanakan setelah apel pagi.

Sejarah KPH TJONDRONEGORO Sang Pencetus Pendidikan di Kabupaten Demak sebagai berikut :

KPH TJONDRONEGORO Bupati Demak, sebelumnya menjabat Bupati Kudus sejak berumur 25 Tahun, pada tahun 1850 ia menjabat Bupati Demak  pada saat Demak dan Grobogan terjadi bahaya kelaparan karena panen padi mengalami kegagalan. ini di sebabkan oleh para petani yang tidak mempunyai waktu untuk mengarap tanahnya. Mereka lebih banyak bekerja di kebun-kebun dan ladang-ladang. Menghadapi keadaan yang demikian itu, Pangeran Aryo Tjondronegoro sangat perihatin. ia bekerja giat, mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya. Tanpa mengenal waktu dan lelah, siang dan malam ia bekerja terus. Ia bertekat dan berusaha untuk mengatasi bencana kelaparan itu. Mula – mula di selidikinya tentang sebab-sebab yang menimbulkan bencana itu. Segala daya upaya ditempuhnya. Akhirnya ia mendapatkan kesimpulan bahwa penjajah Belandalah yang menyebabkan semua itu terjadi.

Bagaimana dayanya / Apa yang akan diperbuatnya untuk mengatasi hal itu ? Ia berfikir keras untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Akhirnya ia berkesimpulan pula bahwa tak ada jalan lain untuk membela rakyat selain mengenyahkan penjajah Belanda. tetapi bagaimana caranya ? Inilah yang sangat membingungkan hati Pangeran Tjondronegoro. Ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang pejabat yang memiliki kekuasan yang sangat terbatas. Dalam melaksankan pekerjaanya itu, ia selalu dikelilingi, disorot dan diawasi segala tindak-tanduknya oleh Belanda.

Ia ingin mengerahkan rakyat untuk mengangkat senjata, tetapi kemudian menjadi ragu-ragu. Rasa keragu-raguannya timbul bukan karena takut, tetapi karena ia sadar akan kekuatan yang ada padanya. Ia menyangsikan kekuatan yang ada padanya untuk mengenyahkan penjajah Belanda. Dengan perlawanan senjata, dirasanya tidak mampu untuk menghadapi kekuatan Belanda.

Ia juga mengetahui bahwa semua perlawanan dan pemberontakan yang terjadi dapat dipatahkan dan di gagalkan oleh Belanda. Semua pengalaman para pejuang itu merupakan pelajaran yang berharga baginya, suatu pelajaran agar ia bertindak lebih hati-hati dan cermat agar kekurangan-kekurangan yang ada pada perlawanan itu tidak terulang lagi. Dengan dasar pikiran itu, ia berusaha mencari jalan lain dalam meringankan beban rakyat. Kemudian dikumpulkan dan ditulisnya segal kejadian yang berhubungan dengan bencana kepada pemerintah penjajah. Ternyata tindakan yang diambilnya itu ada buahnya.

Dalam waktu yang singkat, bencana kelaparaan yang terjadi di Demak itu dapat teratasi. Ia berhasil meringankan penderitaan dan beban rakyat, berkat usahanya yang gigih dan pantang menyerah. Hanya karena banyak berfikirlah, ia dapat melihat perbedaan yang menyolok antara penjajah dengan rakyat yang terjajah. Apa sebabnya rakyat itu bisa dijajah oleh bangsa lain ? Mangapa tidak mampu membebaskan dirinya kembali ? Pertanyaan – Petanyaan itu selalu menggema dalam dirinya . Karena selalu berpikir, akhirnya ia menentukan jawabannya. Kekuatan yang dapat membendung dan menghancurkan penjajah adalah kemajuan, semangat moderen, dan ilmu pengetahuan. Selama rakyat masih bodoh dan terbelakang, mereka akan mudah dijajah oleh bangsa lain. Oleh karena itu, Pangeran Ario Tjondronegoro selalu berkata kepada anak-anaknya:

“ Kalau bangsa kita ingin maju, haruslah mempelajari ilmu pengetahuan  orang barat.    Karena itu anak – anakku, bila kamu semua tidak mendapat pelajaran, engkau tidak akan mendapatkan kesenangan, di samping itu keturunan kita akan mundur terbelakang.”

 Pendirian Pangeran Ario Tjonndronegoro yang demikian itu menunjukan bahwa ia seorang  yang maju. Ini dapat di buktikan dari sikap dan tindakan – tindakannya yang diambilnya, maka Pangeran Tjondronegoro mendatangkan guru dari Negeri Belanda untuk mendidik putera – puterinya di rumah.

  1. Tjondronegoro merupakan Bupati yang pertama dalam memberikan pendidikan kepada putera-puteranya dengan jalan mendatangkan “ Guru rumah “. Hal yang demikian merupakan sesuatu yang baru dan janggal pada waktu itu. Akibatnya ia mendapat celaan dari bupati – bupati lainnya. Kadang bersifat kritikan atau sindiran. Tetapi sering pula berupa cemoohan dan hinaan. Kesemuanya itu tidak dihiraukan Pangeran Ario Tjandronegoro, ia tetap pada pendirianya, bahkan beberapa tahun sebelum meninggal, ia berpesan kepada putera-puteranya sebagai berikut :

“ Anak-anakku, tanpa pengajaran engkau semua tidak akan memiliki kebahagiaan. Disamping itu tanpa pengajaran engkau makin akan memundurkan keturunan kita. Ingat-ingat kata-kata ini, wahai anak-anaku semua”.

 Dari uraian diatas adalah bersumber pada cerita para putera – puteranya termasuk KPH HADININGRAT Bupati Demak yaang menggantikan kedudukan ayahndanya, maka dapat dikatakan bahwa keluarga KPH Tjondronegoro termasuk keluarga yang sudah maju ( Berpendidikan modern ). Dapat pula dikatakan bahwa KPH Tjondronegoro merupakan pemula ( Perintis ) semangat kemajuan. Dan  Yang lebih lanjut dikatakan RA Kartini :

“ Almarhum Kakekku, Pangeran Tjondronegoro, Bupati Demak, adalah salah seorang pemula semangat kemajuan. Beliau adalah Bupati pertama di Jawa Tengah yang membuka pintunya untuk pengajaran dan peradaban Barat “.

 DATA SUMBER REFERENSI :
Buku  “ RA KARTINI “  terbitan Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejaraah Nasional, di Jakarta, Mei 1985.

Semoga bermanfaat – Terimakasih

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Share via
Copy link
Powered by Social Snap